Blogger Jateng

Penyebab Erupsi Freatik Gunung Tangkubanperahu

Pada sore hari pukul 15.48 Gunung Tangkubanperahu mengalami erupsi yang menimbulkan ratusan pelancong cemas dan harus dievakuasi. 

Kolom debu vulkanik teramati hingga 200 m dari puncak kawah. Lalau apa penyebab erupsi Tangkubanperahu tadi sore dan mengapa baru kali ini terjadi setelah lama terlelap?.

Erupsi gunung Tangkubanperahu pada tanggal 26 Juli sore tergolong klasifikasi erupsi freatik, bukan magmatik. Erupsi freatik yaitu erupsi tanpa lava seperti gunung Krakatau yang melontarkan lava pijar dari lisan kawah.

Erupsi freatik yakni ciri biasa program gunung api. Erupsi ini dihasilkan oleh tanah yang dipanaskan oleh magma kemudian berkembang menjadi ledakan uap. Saat magma memanaskan air tanah atau permukaan maka akan terjadi ledakan air uap, watu dan debu menjadi erupsi freatik atau ultravulkanian.

Erupsi freatik mampu membentuk kawah rendah yang disebut maar. Ledakan freatik mampu membuat hidrogen sulfida dan karbon dioksida.

Jika fokus karbon dioksida yang dihamburkan cukup besar maka akan menciptakan sesak napas sementara hidrogen sulfida berlebihan akan membuat keracunan.
Proses erupsi freatik gunung api
Ada tiga jenis ancaman erupsi freatik diantaranya:
1. Gas beracun mirip karbon dioksida dan hidrogen sulfida. Emisi gas simpulan letusan freatik telah menyebabkan banyak ajal di dunia.
2. Abu piroklastik yang ditandai dengan gas, cairan atau partikel yang bergerak cepat berbahaya dan menghancurkan.
3. Partikel jatuhan mirip batu sungguh berbahaya bagi masyarakatdan mahluk lain yang hidup disekitar ledakan.

Makara erupsi freatik adalah tanda kegiatan kegunungapian yang wajar tetapi harus tetap diwaspadai sebab material letusannya tetap berbahaya bagi insan. 

Gunung Tangkubaperahu telah cukup lama tertidur dan kini baru menawarkan aktivitas yang cukup tinggi mesti dipantau terus perkembangannya kedepan. 

Kaprikornus kalau terjadi erupsi ketika berwisata, jangan cemas dahulu dan ikuti aba-aba dari pengawas/petugas pariwisata.